Sabtu, 18 September 2010

Urine : Pengambilan spesimen (Bagian 4)

PENGAMBILAN SAMPEL DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Cara Pengambilan Sampel
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.1

Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.1

Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.1

Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1

Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24 jam.1

Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu :
1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,
2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli,
3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,
4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.4

Sumber FB : Ahmad Phany Musyaffa Lab

Jumat, 17 September 2010

TEST LAB HIV DAN STRATEGI

TES DIAGNOSIS

Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :

IV.1. Mencari virus dalam darah penderita
- kultur/biakan virus
- deteksi antigen ; p24
- PCR (polymerase chain reaction)

IV.2. Mencari adanya antibodi terhadap berbagai komponen virion HIV dalam serum penderita (tes serologik)
- Tes Enzyme Linked Immunosorbent Assay (EIA/ELISA)
- Tes sederhana / cepat (tes imunokromatografi)
- Tes konfirmasi sepert Western Blot (WB), Indirect immunofluorescence assay (IFA)

IV.3. Tes Tambahan
Tes tambahan ini meliputi :
- Urinalisis, tes feces lengkap, fungsi hati (SGOT/SGPT)
- LDH, alkali fosfatase, bilirubin
- Fungsi ginjal (ureum/creatinin)

Namun jenis tes yang tersering dipakai sehari-hari adalah deteksi antibodi (anti-HIV).6 Diagnosis infeksi HIV biasanya ditentukan dengan ditemukannya antibodi terhadap HIV dalam darah penderita. Laboratorium di Indonesia melakukan tes terhadap HIV untuk menegakkan diagnosis, penapisan darah transfusi, epidemiologi dan penelitian, setelah menandatangani inform consent dari V.C.T (Voluntary Conseling and Test)

Tes serologik untuk mendeteksi anti-HIV dapat dikelompokkan menjadi tes saring dan tes konfirmasi. Yang termasuk tes saring yaitu; tes EIA/Elisa, dan tes rapid/sederhana , tes konfirmasi yaitu; western blot, IFA. Setelah tes saring dapat diidentifikasi spesimen yang kemungkinan mengandung anti-HIV, sedangkan setelah tes konfirmasi dapat diketahui bahwa spesimen yang reaktif pada tes penyaring mengandung antibodi spesifk terhadap HIV.

UNAIDS dan WHO menyarankan pemakaian 3 strategi tes yang baru saja diperbarui untuk meningkatkan ketepatan dan mengurangi biaya tes dan telah diterima oleh Departemen Kesehatan.

Keamanan transfusi/transplantasi : strategi I

Surveilans :
<10% prevalensi : Strategi I
>10% prevalensi : Strategi II

Diagnosis :
Terdapat gejala klinik infeksi HIV :
<30% prevalensi : Strategi I
>30% prevalensi : Strategi II
Tanpa gejala klinik infeksi HIV :
<10% prevalensi : strategi II
>10% prevalensi : Strategi III

Strategi I.
1. Serum atau plasma pasien diperiksa dengan menggunakan simple/rapid (S/R) tes atau dengan Enzyme Immuno Assay/EIA (disebut tes A1)
2. Untuk tujuan transfusi darah atau transplantasi organ, gunakan reagen yang dapat mendeteksi HIV-1 dan HIV-2 serta mem[punyai sensitivitas yang tinggi (> 99%)
3. Bila tes (A1) menunjukkan hasil reaktif, laporkan dengan reaktif, sedangkan bila hasilnya non-reaktif maka laporkan NEGATIF

Strategi II.
1. Serum atau plasma pasien diperiksa dengan menggunakan simple/rapid (S/R) atau dengan Enzyme Immuno Assay/EIA (disebut tes A1)
2. Bila hasil tes A1 menunjukkan non-reaktif, laporkan NEGATIF, sedangkan bila hasil tes menunjukkan reaktif harus dilakukan tes ulang dengan menggunakan reagen dengan preparasi antigen yang berbeda dari tes pertama (disebut tes A2)
3. Bila hasil tes A2 menunjukkan reaktif, laporkan hasil tersebut dengan reaktif. Sedangkan bila hasil tes A2 menunjukkan non-reaktif, ulangi tes dengan menggunakan reagen yang digunakan pada tes A1 dan tes A2
4. Bila pada tes ulang menunjukkan hasil tes A1 dan A2 reaktif, laporkan sebagai reaktif, bila salah satu hasil tes (tes A1 atau A2) menunjukkan non-reaktif, laporkan sebagai INDETERMINATE. Dan bila ke dua tes A1 dan A2 menunjukkan non-reaktif, laporkan sebagai NEGATIF
5. Reagen untuk tes A1 memiliki sensitivitas yang tertinggi, sedangkan untuk tes A2 harus memiliki spesifisitas yang lebih tinggi daripada tes A1

Strategi III.
1. Serum atau plasma pasien di tes dengan menggunakan simple/rapid (S/R) tes atau dengan Enzyme Immuno Assay (disebut tes A1)
2. Bila hasil tes A1 menunjukkan non-reaktif, laporkan NEGATIF. Sedangkan bila hasil tes menunjukkan reaktif, harus dilakukan tes ulang dengan menggunakan reagen dengan preparasi antigen yang berbeda dari tes pertama (disebut tes A2)
3. Bila hasil tes A2 menunjukkan non-reaktif, ulangi tes dengan menggunakan reagen yang digunakan pada tes A1 dan tes A2. Pada tes ulang, bila hasil tes A1 dan A2 menunjukkan non-reaktif, laporkan sebagai NEGATIF
4. Bila hasil tes A1 dan A2 menunjukkan reaktif atau salah satu tes (tes A1 atau A2) menunjukkan non-reaktif, lakukan tes ulang menggunakan reagen dengan preparasi antigen yang berbeda dari tes pertama maupun kedua (disebut tes A3)
5. Bila hasil tes A1, A2 dan A3 menunjukkan reaktif, laporkan sebagai REAKTIF
6. Bila hasil tes A1 dan A2 reaktif serta A3 non reaktif, atau tes A1 dan A3 reaktif serta A2 non-reaktif, laporkan sebagai INDETERMINATE
7. Bila hasil tes A2 dan A3 non-reaktif serta pasien dari daerah dengan prevalensi > 10% (beresiko tinggi), laporkan sebagai INDETERMINATE. Sedangkan bila pasien berasal dari daerah dengan prevalensi <10% (beresiko rendah), dapat dianggap sebagai NEGATIF.
8. Reagen untuk tes A2 harus memilki spesifisitas yang lebih tinggi daripada tes A1 dan untuk tes A3 harus memiliki spesifisitas yang lebih tinggi dari tes A2
Bila hasil tes dilaporkan indeterminate, maka tes perlu diulangi 6 bulan dan 12 bulan kemudian

Reagensia yang dipilih untuk dipakai pada tes didasarkan pada sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis reagen. Reagen yang dipakai pada tes pertama adalah reagensia yang memiliki sensitivitas tertinggi, sebaiknya > 99%, sedangkan reagensia pada tes selanjutnya (kedua dan ketiga) memiliki spesifisitas yang lebih tinggi dari yang pertama, untuk tujuan surveilans harus memiliki spesifisitas minimal sebesar 95% dan untuk tujuan diagnosis memiki spesifisitas minimal sebesar 98%.

Pada bayi yang baru lahir dengan ibu terinfeksi HIV, dilakukan tes anti-HIV setelah berumur 18 bulan, atau kalau sarana tersedia dapat dilakukan tes antigen
Pada seseorang yang terpapar darah penderita HIV (jarum suntik), bila hasil tes HIV negatip pada 4 bulan setelah terpapar, dilanjutkan dengan tes tiap 3 bulan selama 1 tahun, bila hasil tetap negatif, penderita bebas dari infeksi HIV

Sumber FB : Ahmad Phany Musyaffa Lab

Kamis, 16 September 2010

Keseragaman Pembacaan Sedimen Urine

SEDIMEN URINE

Azas :
Endapan urine yang diperoleh setelah dipusing diperiksa dibawah mikroskop dan dihitung unsur sel dan torak.
Sebaiknya digunakan urine yang baru dikemihkan untuk menghindari perubahan morfologi unsur sedimen. Pada urine dengan berat jenis < 1.007 eritrosit akan menghemolisis dan leukosit akan mengembang.

Cara :
1. Botol berisi urine digoyangkan agar memperoleh sampel yang tercmpur (homogen)
2. Sebanyak 15 ml urine dituang ke dalam tabung sentrifuge.
3. Pusing dengan alat sentrifuge selama 3-5 menit dengan kecepatan 1.500 – 2.000 rpm.
4. Isi tabung dituang habis ke tabung lain (gerakan satu kali dan cepat)
5. Dasar tabung pertama diketok beberapa kali agar sisa urine dan endapan tercampur.
6. Letakkan setetes campuran tersebut di atas kaca objek bersih dan tutup dengan kaca penutup.
7. Periksa di bawah mikroskop dengan cahaya rendah.
8. Lensa objektif kecil (10x) = Lapangan Pandang Kecil (LPK). Periksa seluruh sediaan, perhatikan adanya jenis torak. Laporkan jumlah torak terlihat dalam 10 LPK, misalnya 0-3 torak hialin/LPK.
9. Lensa sedang (40x) = Lapangan Pandang Besar (LPB) untuk menghitung jumlah leukosit, eritrosit dan glitter celll yang dijumpai dalam 10 LPB serta bagi dengan angka 10. Laporkan juga adanya jenis kristal, jamur, sperma, parasit dan lain-lain. (R.GandaSoebrata)


CARA PEMBACAAN-PELAPORAN SEDIMEN


1. Pembesaran 10 x/LPK=Lapang Pandang Kecil
a. Silinder/Cast/Torak terdiri dari :
• Silinder Hialin /LPK
• Silinder Granular Halus /LPK
• Silinder Granular Kasar /LPK
• Silinder Leukosit /LPK
• Silinder Lilin /LPK
• Silinder Fatty /LPK
• Silinder Epithelia /LPK
• Silinder Hemoglobin /LPK
• Silinder Eritrosit /LPK
• Silinder Bilirubin /LPK
• Silindroid /LPK
• Lain-lain Silinder /LPK
Untuk silinder lainnya seperti silinder dari kristal baik asam maupun alkali tetap dihitung sama dengan silinder lainnya. Sebenarnya banyak sekali silinder yang mungkin ditemukan pada sedimen patologis ada hampir 25 jenis silinder.
b. Sel Epithel
• Epithel Squamous /LPK
• Epithel Renal Tubuli /LPK
• Epithel Transisional /LPK
Epithel ini harus dibagi 3 dalam pembacaannya, yang sering ditemukan adalah Squamous (alat kelamin, vagina atau penis), jarang ditemukan transisional (dari ureter, uretra dan kandung kemih) dan patologis Renal Tubular cell (RTC) karena dari ginjal.
c. Kristal
• Calcium oxalat -, +, ++, +++
• Amorf Urat -, +, ++, +++
• Asam urat -, +, ++, +++
• Tripel fosfat -, +, ++, +++
• Amorf fosfat -, +, ++, +++
• Amonium urat -, +, ++, +++
• Natrium urat -, +, ++, +++
• Calcium sulfat -, +, ++, +++
• Sulfa (jenisnya) -, +, ++, +++
• Amorf Urat -, +, ++, +++
• Amonium biurat -, +, ++, +++
• Lain-lain -, +, ++, +++
d. Kristal Patologis
• Cystine -, +, ++, +++
• Leusine -, +, ++, +++
• Tyrosine -, +, ++, +++
• Bilirubin -, +, ++, +++
• Cholesterol -, +, ++, +++
e. Mikroorganisme
• Bakteria -, +, ++, +++
• Yeast Cell -, +, ++, +++
• Hifa Candida sp. -, +, ++, +++
• Trichomonas vaginalis - atau +
• Spermatozoa - atau +
• Mites - atau +
• Aspergillus - atau +
• Pthyrus pubis - atau +
• Sarcoptes Scabei - atau +
f. Telur Cacing
• Telur Trichuris - atau +
• Telur Schistosoma haematobium - atau +
• Telur Enterobius vermicularis - atau +
• Telur Fasciola hepatica - atau +
g. Others
• Mucus Thread (Benang Lendir) - atau +
• Other Crystals -, +, ++, +++

2. Pembesaran 40 x/LPB=Lapang pandang Besar
a. Leukosit /LPB
b. Eritrosit /LPB
c. Sel Glitter (Leukosit Ginjal) /LPB
d. Oval Fat Bodies /LPB
Inilah sedimen yang harus dilaporkan dalam LPB, sebenarnya oval fat bodies merupakan RTC yang terakumulasi lemak sehingga menjadi sel lemak.

Keterangan :
1. Sebelum urine dituang ke dalam tabung sentrifuge, terlebih dahulu botol penampung dikocok agar sedimen yang mengendap homogen kembali.
2. Proses sentrifugasi yang terlalu cepat dan terlalu lama menyebabkan sedimen yang terkandung dalam urine akan rusak sebagian, sebaliknya terlalu cepat dan lambat radius setrifugasi menyebabkan tidak semua mengendap sedimen. Sebaiknya dihindarkan semua kejadian ini.
3. Pada wanita yang haid dan pasien dengan perdarahan berat pada saluran kemih tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan sedimen urine karena akan terjadi kesalahan dalam penafsiran hasil. Cukup dilaporkan pada makroskopis Blood gross (+) disertai keterangan lain.
4. Kontaminan sedimen : Pollen grain, serat rambut, cotton fiber, bubble air, lipid droplet, fecal material contaminant dan anticoagulant EDTA tidak perlu dilaporkan.
5. Adanya lendir secara makroskopis dan benang lendir secara mikroskopis dilaporkan sebagai : Mucus Thread (+) dan ikut serta dalam pelaporan.
6. Apabila dalam lapang pandang dihitung lebih dari 100 suatu unsur sedimen (misal : eritrosit > 100/lpk), maka dilaporkan eritrosit >100/lpk dan apabila ditemukan >200/lpk maka dilaporkan dengan : Positif (+) penuh.
7. Epitel transisional merupakan epitel yang berasal dari ureter, kandung kemih dan uretra baik pada wanita maupun pria. Dapat dilaporkan sebagai epitel transisional atau dapat pula dibedakan menurut asalnya (trans caudatus, female uretra, dll).
8. Epitel ginjal (renal epitel) hanya ditemukan dalam ginjal : bulat, kecil-kecil, inti agak besar, dengan malbin tampak kebiruan. Ditemukan pada kasus dengan gagal ginjal. Bila ditemukan lemak dalam sitoplasma maka disebut Oval Fat Bodies.
9. Kristal dalam sedimen yang dilaporkan harus mengacu pada pH urine sehingga tidak salah dalam pelaporan. Seperti tripel phosphat dan calcium carbonat yang ditemukan pada pH diatas 7,5.
10. Kadang-kadang kristal-kristal, bakteri, jamur dapat berukuran kecil sehingga perlu dilihat pada pembesaran 40x objektif.
11. Bila ditemukan epitel dengan inti lebih dari 1, maka dilaporkan sebagai carcinoma epithelia cell.
12. Bila BJ atau SG rendah, maka eritrosit akan cenderung mengembang sedangkan bila BJ atau SG tinggi maka eritrosit cenderung mengkerut.
13. Bila pH urine tinggi (lindi) maka leukosit cenderung mengumpul dan mengembang sedangkan pH rendah maka leukosit cenderung menyebar dan mengkerut.
14. Leukosit dari ginjal (Glitter Cell) dengan Malbins akan mengambil zat warna lemah sehingga tampak pucat, tetapi leukosit dari saluran kemih akan tampak jelas.
15. Membedakan ragi/yeast sel dengan eritrosit tambahkan KOH 10% atau asam cuka pada sedimen, eritrosit akan lisis.
16. Adanya Silinder, Epitel Renal tubuli, Glitter cell, silindroid, Oval fat bodies ditemukan pada keadaan gagal ginjal dan atau nefrotic sindrome.
17. Pada hematuria penghancuran eritrosit dengan Asam cuka untuk mempermudah melihat unsur sedimen lain.
18. Hal-hal lain : wajib menggunakan cover/deck glass dalam melakukan pemeriksaan.
19. Sedimen yang telah diwarnai dengan Malbins mampu bertahan hingga selama 1 minggu pada suhu 4derajat C.

Petunjuk Penggunaan
AIM Sedi Uri Stain

AIM Sedi Uri Stain merupakan modifikasi pewarnaan Sternheirmer-Malbin yang sangat stabil yang digunakan untuk pewarnaan dalam sediment urin dalam penentuan kualitatif maupun kuantitatif sediment urin secara mikroskopis.

Pengumpulan dan Penanganan Sampel
1. Gunakan wadah atau plastik yang kering dan bersih untuk menampung sampel urine.
2. Gunakan urine pertama di pagi hari agar diperoleh hasil sedimentasi yang optimal.
3. Setelah dikumpulkan, proses sample sesegera mungkin. Pemeriksaan sampel setelah 4 jam dapat menyebabkan menurunnya sediment atau berubahnya senyawa kimia dan bahan fisika urin. Jika pemeriksaan tidak segera dilakukan, simpan sampel spesimen pada 2-8C. Jangan dibekukan.
4. Jangan Gunakan urine yang telah lama ditampung dalam urine bag pasien dengan kateterisasi karena komponen sedimen sebagian telah rusak dan terjadi pertumbuhan bakteri yang pesat.

Materi yang Tersedia dalam Kit :
1. AIM Sedi Uri Stain 5 x 20 ml
2. 1 lembar petunjuk penggunaan

Materi yang tidak tersedia dalam Kit :
1. Tabung
2. Objek Glass
3. Deck Glass
4. Mikroskop

Prosedur Pemeriksaan
1. Tuang urine ke dalam tabung sebanyak 12 ml. sentrifuge sample tersebut selama 5 menit pada 1500 rpm.
2. Tuang/buang urine hingga tersisa 1 ml (sediment urine) atau hingga cairan tersisa sedikit.
3. Tambahkan 1 tetes AIM Sedi Uri Stain, kocok hingga homogen.
4. Ambil sedikit sampel sediment urine yang telah dicampur dengan AIM Sedi Uri Stain dengan pipet tetes, buat sediaan di Objek glass.
5. Tutup atas sediaan dengan deck glass.
6. Amati sampel slide dengan mikroskop pada pembesaran 10 x dan 40 x.
7. Lakukan penghitungan komponen sedimen yang ditemukan menurut aturan yang telah ditetapkan.

Demikian Info ini semoga bermanfaat.....saat ini dalam tahap penyusunan sebuah atlas sedimen edisi revisi 5....nanti dipublikasikan dengan teman, lengkap dengan gambar, keterangannya.....doakan mudahan selesai.

Phany Ahmad Lab
Mahasiswa TLK Unhas
Lab RSAS
Sumber FB : Ahmad Phany Musyaffa Lab

Selasa, 07 September 2010

Akreditasi Laboratorium RS (Sudah RS anda terakreditas....?)

Akreditasi Laboratorium RS
Akreditasi adalah sebuah pengakuan bahwa institusi tersebut layak dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melayani kepada publik atau masyarakat dan segala peralatan maupun sarana prasarana dinyatakan aman. Penilaian meliputi : Tidak lulus, Lulus Bersyarat dan Lulus Penuh.
Akreditasi Laboratorium umumnya merupakan tahap lanjutan 1 (tahap 2) setelah dilaksanakan akreditasi dasar untuk sebuah rumah sakit secara keseluruhan. Untuk tahap lanjutan 2 meliputi Bank darah RS dan lab.penunjang lainnya. Penilaian meliputi : Dokumen, Bukti fisik, SOP , SK, Evaluasi dan Keterkaitan dengan Pokja lain di RS. Kebetulan saya hanya mereview saja, terkait dengan Dokumen Akreditasi suatu laboratorium merupakan suatu Hak Kekayaan Intelektual masing-masing Laboratorium sehingga menurut saya sangat bernilai tinggi dan tidak dapat sembarangan di copy paste oleh laboratorium RS lain. Dalam Pelaksanaannya tiap laboratorium RS berbeda dengan RS lainnya hal ini terkait dengan tipe RS, kemampuan pemerintah daerah dan sarana yang dimiliki masing-masing. Skorsing penilaian meliputi : nilai 0,1,2,3,4 dan 5 untuk tiap standar pelayanan.

Pelayanan Laboratorium termasuk dalam Pokja 8 dalam akreditasi RS. Adapun standar yang harus dipenuhi meliputi :
1. Standar 1 : Falsafah dan Tujuan
2. Standar 2 : Administrasi dan Pengelolaan. (S2P1 : Bagan, uraian tugas, fungsi dan tanggung jawab, S2P2 : Laporan hasil laboratorium lengkap dan tepat waktu, S2P3 : Pencatatan dan Registrasi Spesimen, S2P4 : Penyimpanan Arsip)
3. Standar 3 : Staf dan Pimpinan. (S3P1 : Kepala Laboratorium/Pimpinan, S3P2 : Jumlah Tenaga Laboratorium dan Kualifikasi, S3P3 : Pertemuan Rutin Laboratorium dan Notulen)
4. Standar 4 : Fasilitas dan Peralatan (S4P1 : Tempat Pelayanan, S4P2 : Fasilitas Pendukung, S4P3 : Peralatan Laboratorium Untuk Pemeriksaan, S4P4 : Penanganan Limbah Laboratorium, S4P5 : Sarana Keamanan Kerja).
5. Standar 5 : Kebijakan dan Prosedur (S5P1 : Protap Pemeriksaan, S5P2 : Penanganan Spesimen, S5P3 : Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat, S5P4 : Penanganan Limbah Infeksius, S5P5 : Operasional Alat dan Trouble Shooting, S5P6 : Reagensia Pemesanan dan Penyaluran).
6. Standar 6 : Pengembangan Staf dan Program Pendidikan (S6P1 : Orientasi Pegawai Baru, S6P2 : Pendidikan dan Latihan Staf Laboratorium).
7. Standar 7 : Evaluasi dan Pengendalian Mutu (S7P1 : Pemantapan Mutu Internal, S7P2 : Pemantapan Mutu Eksternal).

Protap dan dokumen yang perlu dipersiapkan antara lain untuk itu meliputi :
1. Kumpulan SK Laboratorium oleh Direktur RS untuk Visi Misi, Tenaga, menjalankan Protap dan Lainnya.
2. Pengertian Laboratorium.
3. Visi Misi dan Tujuan Laboratorium.
4. Bagan Organisasi dan Uraian Tugas.
5. Protap Uraian Tugas Kepala Laboratorium
6. Uraian Tugas Staf Laboratorium.
7. Protap Jadwal Dinas (Dinas Pagi, Sore dan Malam)
8. Kemampuan Pemeriksaan Laboratorium.
9. Struktur Organisasi Laboratorium.
10. Protap Pembuatan Hasil Laboratorium.
11. Protap Pembuatan Laporan Harian, Bulanan dan Tahunan.
12. Penyimpanan Arsip Laporan.
13. Protap Penyimpanan arsip laporan hasil pemeriksaan.
14. Protap Pembuatan Jadwal Dinas.
15. Protap Hasil Pemeriksaan yang Lengkap dan Tepat Waktu.
16. Protap ketepatan Waktu Pemeriksaan.
17. Protap Rekapitulasi Laporan Berkala.
18. Protap Pengarsipan Laporan.
19. Protap Pertemuan Rutin.
20. Protap Inventarisasi Alat-alat Laboratorium.
21. Protap Kondisi Gedung, Ruangan dan Fasilitas Pendukung.
22. Denah RS dan Denah Lab Lengkap.
23. Protap Pengoperasian Peralatan Laboratorium
24. Protap Penanganan Limbah Laboratorium.
25. Protap Penanganan/Pencegahan Kecelakaan Kerja.
26. Protap Pelayanan Pasien rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.
27. Protap Pelayanan pasien Askes Komersial, Askes Sukarela, Jamkesmas, Jamsostek, Jaminan Perusahaan dan umum.
28. Protap Cara kerja pemeriksaan laboratorium.
29. Protap Parameter Yang di Rujuk Keluar.
30. Protap Pemeriksaan Hematologi.
31. Protap Pemeriksaan Kimia klinik dan Urinalisa.
32. Protap Pemeriksaan Imunoserologi dan Parasitologi.
33. Protap Pemeriksaan Bakteriologi dan Mikologi.
34. Protap Penanganan Bahan Pemeriksaan Laboratorium.
35. Protap Pengambilan Spesimen.
36. Protap Penampungan Spesimen.
37. Protap Penilaian Spesimen Yang Layak.
38. Protap Penyimpanan Spesimen.
39. Protap Pengiriman Spesimen Rujukan.
40. Protap Pelayanan Rujukan ke Laboratorium luar.
41. Protap Penggunaan Alat-alat Laboratorium.
42. Protap Pemakaian Alat-alat Laboratorium.
43. Protap Kalibrasi dan Standardisasi Pemeriksaan.
44. Protap Penanganan Spesimen Infeksius.
45. Protap Operasional dan Perawatan Serta Mengatasi masalah Alat.
46. Protap Permintaan dan Penerimaan Reagensia dan Penggunaannya.
47. Protap Penerimaan Spesimen Rawat Inap dan Rawat Jalan.
48. Protap Permintaan Barang ke Bagian Logistik.
49. Protap Permintaan Barang ke Instalasi Farmasi.
50. Protap Permintaan Perbaikan ke IPSRS.
51. Protap Pengembangan Staf Laboratorium.
52. Protap Orientasi pegawai baru
53. Protap Penunjukkan Pegawai untuk mengikuti Pelatihan.
54. Protap Pengendalian PMI.
55. Protap Pengendalian PME

Lembar Protap Laboratorium yang diisi meliputi :
Judul Protap, Nama dan Logo Laboratorium, No.Dokumen, No.Revisi, No.Halaman, Tanggal Terbit, Tanggal Revisi, Ditetapkan, Pengertian, Tujuan, Kebijakan, Prosedur, Unit Terkait.

Demikian uraian singkat mengenai Akreditasi Laboratorium RS, semoga memberikan manfaat bagi teman-teman analis di RS, terutama yang akan menghadapi akreditas laboratorium. Maju terus Analis Kesehatan Kalsel, Kalteng dan Kaltim.

Phany Ahmad Lab
Mahasiswa TLK Unhas
Tim Akreditasi Lab.RSAS Bjm.
FB. Ahmad Phany Musyaffa Lab

Jumat, 03 September 2010

Komunikasi II

TINGKAT KOMUNIKASI:
KARAKTERISTIK & MANAJEMEN

Tingkat komunikasi
4 tingkat komunikasi utama:
1. Interpersonal
2. Kelompok
3. Organisasional
4. Masal/komunitas

Komunikasi interpersonal
Melibatkan satu atau lebih orang:
- Menginformasikan atau mendapat informasi
- Membujuk
- Menghibur
- Menjalin keakraban dan/atau mengembangkan hubungan
- Manajemen komunikasi interpersonal

Proses dua-arah
1. Bahasa verbal & non-verbal
2. Menyimak dengan aktif
o Kontak mata
o Sebut nama
o Sikap yang menunjukkan minat
o Ulangi fakta
3. Terus berdialog

Komunikasi kelompok
1. Kelompok sosial dan kerja – biasanya di tempat yang sama
2. Pencapaian solusi – atas masalah, konflik
3. Membutuhkan toleransi dan kerjasama agar mendapatkan hasil

Manajemen komunikasi kelompok

1. Bersiap untuk dan merencanakan rapat – agenda, latar belakang
2. Amati dinamika kelompok – dorong partisipasi aktif
3. Manajemen diskusi & mediasi konflik
4. Rangkum diskusi dan tindaklanjuti

Komunikasi organisasional
Kesuksesan suatu organisasi tergantung dari program komunikasinya – baik internal maupun eksternal
1. Memastikan komunikasi yang relevan, tepat waktu dan timbal-balik
2. Memantau dan mengukur keefektifan komunikasi – kuesioner, kelompok diskusi

Komunikasi organisasional
Tujuan bersama = mutu & keamanan
1. Komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas
2. Melibatkan pemangku kepentingan
3. Dorong orang lain untuk memberikan umpan balik
4. Terbuka dan jujur
5. Memberdayakan dan memberi pengakuan terhadap staff
6. Menciptakan keakraban

Komunikasi masal
1. Membentuk kemitraan dengan media
2. Mendidik para editor dan wartawan media
3. Menggunakan media untuk mendidik masyarakat

Menggunakan alat komunikasi masal
1. Bagian dari program terintegrasi
2. Mendidik dan informatif
3. Manajemen isu
4. Panggilan untuk beraksi

by. Habib Tengku Rizal

KOMUNIKASI DAN KONSELING LAB BY AHMAD LAB (RINGKASAN)

TEKNIK KOMUNIKASI DAN KONSELING LABORATORIUM

1. Belajar ilmu komunikasi dan konseling penting karena :
a. Untuk bekal tata cara berkomunikasi yang baik dan benar dengan sesama rekan kerja, teman sejawat, teman seprofesi, pasien dan keluarga pasien dalam pelayanan kesehatan khususnya bidang laboratorium.
b. Sangat membantu dalam berkomunikasi dan menyelesaikan masalah/konflik yang timbul dengan pemecahan yang bijaksana.
c. Memudahkan sebagai sebagai awal pembelajaran nantinya apabila terjun ke lapangan dalam dunia kerja dapat mengalami dan mempraktekkannya.
d. Mampu berkomunikasi dengan baik terhadap pasien dan petugas kesehatan atas segala permasalahan yang berhubungan dengan laboratorium.
e. Membina calon-calon tenaga kesehatan yang akan lulus agar berkomunikasi denga baik dan benar.
f. Mempersiapkan tenaga S1 TLK yang mampu dan memiliki kecakapan disegala hal/bidang termasuk sebagai konseling terhadap adanya keluhan pasien dan petugas kesehatan lain dengan menggunakan gaya asertif.
g. Dapat berkomunikasi dengan gaya, bahasa tubuh, intonasi dan gerak tubuh yang baik.
h. Agar tidak cemas, bingung ketika menghadapi suatu masalah dan mendapatkan kehidupan yan lebih efektif ketika bekerja.

A. Pengertian Komunikasi
Proses pengalihan pikiran dan pesan-pesan seperti sarana transportasi menyangkut barang dan manusia, dengan tanda-tanda cahaya, suara dan di dengar. (columbia, Encyclopedia)
Mekanisme hubungan antar manusia yang menyebabkan manusia itu bertahan dan berkembang melalui penyampaian simbol pikiran melalui suatu ruang dan waktu tertentu (Liliweri)


Basic Counseling and Communication Skills

A. Courtesy And Raport
• Perkenalan diri (percakapan pertama)
“Selamat pagi pak, saya analis laboratorium disini, saya akan membantu bapak, nama saya….., apa yang dapat saya bantu……”
• Respek kepada hal-hal pasien yang bersifat pribadinya.
• Menanyakan/mengetahui nama pasien sebelum memulai pembicaraan
“maaf bapak, nama bapak siapa?”. Oke bapak……ada yang bisa saya bantu sekarang”
• Menggunakan bahasa tubuh yang baik :
o Ekspresi muka (smile)
o Kontak mata
o Postur yang baik
o Jarak
o Intonasi suara
Mengontrol jarak, mimik muka ceria, menjaga kontak mata, rileks, mengatur intonasi suara
• Menjaga kepercayaan dan rahasia-rahasia pasien.
• Menjaga rahasia dan menyimpan kondisi-kondisi pasien yang anda hadapi.
• Memberikan informasi dengan baik.
• Dalam kondisi yang kurang baik pada diri kita, komunikasi dengan orang lain tetap harus dijaga agar tetap baik.
B. Persepsi
• Pendapat /pandangan yang terjadi atas komunikasi yang harus diperhatikan.
• Memahami komunikasi
• Bisa berubah setiap saat
• Berbeda-beda tiap individu
• Bahkan dapat berbeda sama sekali
C. Basic Skills
Listening : Persepsi, jangan menghakimi, menjadi pendengar yang aktif, menggunakan baha tubuh yang baik dan menjadi pendengar yang baik.
D. Informasi
• Secukupnya informasi dan tidak terlalu singkat
• Tidak bleh menggunakan jargon tertentu yang sulit dipahami
• Hindari informasi yang berlebihan (singkat, jelas, to the point)
Bagaimana kita yakin informasi sudah sampai :
• Pertanyaan yang meyakinkan bahwa informasi yang diberikan akan dilakukan oleh penerima.
• Ditekankan kembali pengarahan kepada penerima.
• Pertanyaan pembuka dan penutup didalam berkomunikasi.
E. Assesment
• Memverifikasi komunikasi yang telah terjadi/diberikan.
• Menginformasikan kembali informasi yang diberikan.
“Jadi bapak besok puasa ya, 10 jam dan pagi-pagi jam 7.30 ke laboratorium untuk diambil darah”
F. Empathy
Mengerti bagaimana kondisi/keadaan pasien yang datang.
G. Questions
• Bila melemparkan pertanyaan, ada respons dari pendengar, maka terjadi pertukaran informasi.
• Komunikasi terjalin bila terjadi interaksi antara pemberi dan penerima informasi.


ASSERTIVENESS AND PERSUASIVE

Sikap yang muncul dalam berkomunikasi :
1. Assertive
- Yakin bahwa tiap orang punya hak. Dan dia juga punya hak
- Bahasa non verbal diminimalkan
- Menghargai lawan bicara.
2. Persuasive
- Memiliki karakter lembut.
- Bahasa yang digunakan umumnya membujuk.
- Menghargai lawan bicara
- Memberikan pernyataan tegas atas hak-hak dia.
- Bersifat win-win : senang-senang
3. Aggressive
- Manipulative, controling
- Selalu mengontrol linkungan sekitarnya
- Bukan jadi dirinya sendiri
- Selalu ingin menang sendiri
- Selalu mengalahkan orang lain
- Tidak menerima pendapat orang lain.
4. Passive
- Tidak mengeluarkan pendapat, diam
- Menghindari konflik
- Ikut arus
- Menutup diri
- Tidak memberi komunikasi
- Menghindari konflik yang muncul
- Tidak membela dirinya
- Tidak punya pendapat
5. Manipulative
- Orang pasif dan agresif
- Menunda-nunda pekerjaannya
- Memanipulasi orang lain
6. Controlling

Jangan pernah melupakan dalam komunikasi, bagaimana kita mengatakan/penyampaian komunikasi yang disampaikan : apakah benar berkomunikasi dengan benar? Apakah benar intonasi suara? Apakah benar kontak mata ?

Bagaimana kita persuasif terhadap pasien dan tanpa terlihat agresif ?
- Jujurlah terhadap apa yang disampaikan dan apa yang kita kerjakan.
- Jadilah menyadari kekurangan kita, selalu jujur.
- Informasikan pesan anda setiap saat
- Simpan pertanyaan informasi penting pada kalimat-kalimat akhir.

Assertiveness Skills :
1. Terjadi konfrontasi :
- Ketika ada orang agresif, katakan tidak suka dan diam.
- Nyatakan anda tidak suka dengan sikapnya
- Katakan sikap anda tidak menghasilkan apa-apa.
2. Mengatakan tidak (Saying no)
- Menyatakan tidak/bisa dilakukan.
- Katakan tidak bila tidak senang
3. Berani membuat pernyataan
4. Ekspresi apa yang kita inginkan
5. Orang pertama membuka pembicaraan
6. Memperlihatkan percaya diri/tegas


Ethical Principle
1. Beneficience : kebaikan
Acting in the patients best interest :
- Past models doctor made decision
- Current thinking is to involve patient lotting the patient determine what is in their best interest.
Autonomy : otonom
2. Honesty (kejujuran, tulus)
Pasien berhak mendapatkan kebenaran : kondisi kesehatan, pengobatan, kemajuan pengobatan. Komunikasikan hal-hal yang penting. Misal hasil lab, jawab bahwa dokter yang berhak membaca hasil.
3. Code of Ethics States
Kondisikan bahwa ada beberapa hak dan kewajiban kita juga, batasan yang kita miliki. Bekerja untuk mengatakan kebenaran dan bersandar pada hati nurani.
4. Hubungan yang baik dibangun atas kepercayaan, kejujuran
Berlaku jujur dan membangun kepercayaan.
5. Informed Consent
- Pasien berhak mendapatkan persetujuan, hak otonomi
- Pasien berhak juga mendapatkan informasi yang penuh, segala relevan dan hal-hal yang berhubungan dengan yang didapat baik sebelum mendapatkan pengobatan.
6. Informasi relevan yang diperlukan pasien
- Harus anda jelaskan selengkapnya pada pasien.
- Siapkan agar pasien mengerti dengan informasinya.
- Apabila ada sesuatu yang diluar keahlian/profesi anda, lakukan komunikasi agar pasien mengerti informasi yang diberikan.
- Jadilah orang yang assertive terhadap pasien dan keluarga pasien.
- Jangan, dengan anda tidak berkomunikasi anda dianggap tidak profesional
- Berikan informasi terhadap pasien dengan baik, dengan kata-kata yang baik.
7. Kerahasiaan
- Anda bisa menjaga kerahasiaan pasien sesuai kode etik.
- Apabila mendapat masalah dalam menjalankan profesi anda, kembalilah kepada hal-hal kode etik yang ada, sehingga merasa terlindungi.
8. Fidelity (ketaatan pada sumpah, tugas)
Kita harus taat kepada sumpah/profesi yang telah dijalankan. Jangan menyalahkan sumpah profesi anda, berikan pelayanan yang terbaik bagi pasien.


Kesalahan yang sering dilakukan oleh Petugas lab dalam berkomunikasi dan konseling terhadap pasien :
1 Tidak mengenalkan diri sebelum membuka percakapan. “Selamat pagi pak, saya petugas lab disini, saya akan membantu bapak, nama saya….., apa yang dapat saya bantu……”
2 Tidak respek dengan hal-hal yang pribadi pasien.
3 Minim nya pengetahuan tentang ilmu klinis, ilmu teknis lab dan keterkaitan keduanya.
4 Membawa permasalahan keluarga dan masalah lain ke dalam ruang lingkup kerja sehingga pasien ikut terkena imbasnya.
5 Tidak menanyakan dahulu nama pasien sebelum memulai percakapan. “maaf bapak, nama bapak siapa?”. Oke bapak……ada yang bisa saya bantu sekarang”
6 Tidak menggunakan bahasa tubuh yang baik dan benar. Bahasa tubuh yang dimaksud : ekspresi muka, kontak mata, postur yang baik, jarak dan intonasi suara.
7 Kurang memberikan informasi yang dibutuhkan pasien.
8 Meremehkan pasien, hal ini karena melihat status social pasien dan penampilan pasien yang tidak baik. Hal ini tidak boleh terjadi.
9 Kondisi keuangan yang menipis dan memburuk terutama di akhir bulan dapat memicu berkomunikasi buruk, sedangkan diawal bulan berakibat petugas acuh tak acuh dengan pasien, yang ada dipikiran cuma menghitung keuangan dan kebutuhan rumah tangga ke depan.
10 Informasi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan pasien dan melempar tanggung jawab bahwa dokter yang lebih tahu.
11 Kurang menjaga kerahasiaan pasien.
12 Mencaci dan menjelekkan kesalahan petugas kesehatan lain di hadapan pasien dan keluarga pasien.
13 Kurang menjelaskan tentang cara dan aturan pemeriksaan laboratorium yang didapat pasien.
14 Berkomunikasi dengan pasien tidak muncul sikap asertifnya.
15 Tidak tanggap dengan sikap pasien yang mengalami kesulitan atau bingung terhadap resep yang diterima dia.
16 Tidak menjaga atau menyimpan kondisi-kondisi pasien yang sedang dihadapi.
17 Ingat Bersikap kasar terhadap pasien, maka pasien yang hatinya dongkol akan mendoakan anda tidak baik bahkan mengumpat anda nantinya.

Berdasarkan tulisan ini maka diharapkan agar setiap laboratorium memiliki system konseling dan komunikasi yang baik dan efektif. Untuk itu dibuka atau dibuat sebuah ruangan khusus konseling pasien didekat ruang loket pendaftaran. Sudah saatnya kita dalam bekerja di laboratorium meniru system perbankan dengan pelayanan yang baik, komunikatif dan ramah.

By. Ahmad Phany Musyaffa Lab

Invitro Diagnostik DBD (Bagian 3)

Throuble Shootting Khusus Hitung Thrombosit dan Hematokrit pada DBD :
1. Usahakan darah diperoleh dari darah vena, karena darah vena darah lebih representatif untuk spesimen, karena pada kasus DBD terjadi kerusakan endotel dan jaringan kapiler oleh infeksi virus, sehingga bila darah diperoleh dari kapiler dikhawatirkan : thrombosit marginasi sekaligus agregasi dikapiler yang sehingga saat dihitung lebih rendah, karena terjadi perembesan cairan ke jaringan (lihat teori gejala klinik) maka hematokrit dapat terjadi rendah palsu karena tercampur cairan jaringan. Jangan menggunakan botol penampung dari plastik atau sejenisnya (polietilen), karena dapat menyebabkan thrombosit mengalami agregasi, sehingga kadarnya menurun. Tabung hampa (vacutainer) dari plastik hanya dapat digunakan untuk satu kali saja, bila dicuci maka akan larut lapisan silikon atau boron sehingga menyebabkan goresan yang berakibat agregasi trombosit.
2. Gunakan antikoagulan EDTA, karena lebih luas pemakaian, mudah didapat, morfologi sel tidak terlalu berubah. Na2EDTA lebih banyak, namun lebih bagus pakai K3EDTA. Antikoagulan lain masih dapat digunakan seperti Na sitrat 3,8%, Heparin atau lainnya.
3. Metode standar yangf digunakan untuk hitung thrombosit cara Rees Ecker bilik hitung, namun memiliki kelemahan : eritrosit tidak lisis, kotoran zat warna BCB disangka thrombosit dan sensitivitas metode ini hanya mendeteksi hingga 1 sel per 1000. Pipet darah sampai tanda 1 (pengenceran 100x), TKP 10x, 400 ktk eri dihitung semua jadi faktor hitung F = 1000 ; sel thrombosit = 1000 x jumlah sel ditemukan.
4. Metode Amonium oxalat 1% : kelebihannya eritrosit dan leukosit lisis, kelemahan thrombosit tidak berwarna, gelembung udara dapat terhitung. Kelemahan ini dapat diminimalkan dengan kombinasi Amonium oxalat 1% dengan Rees Ecker, caranya (hipotesis aku aja, perlu diteliti lebih lanjut jumlah BCB yang ditambahkan) : larutan amonium oxalat 1% 10 ml ditambahkan 1 ml rees ecker, hasilnya dibilik hitung thrombosit akan berwarna biru.
5. Metode Fonio : sulit dilakukan karena indirek, tidak dianjurkan. Kesalahan terlalu banyak karena melibatkan hitung eritrosit.
6. Metode Van Hawerden : larutan harus dibuat baru tidak tahan lama (resenter preparatus).
7. Metode plasma citrat atau plasma EDTA. Cara ini dengan cara mengendapkan darah sehingga terpisah lapisan plasma dan sel, kemudian dipipet plasma dan diencerkan dengan larutan Na.citrat 3,8% atau NaCl 0,9%, dihitung dalam bilik hitung dan diukur hematokrit pasien. Perhitungan thrombosit = PDP x TKP x KKS/KKH x (100%-%hematokrit/100%) = ....thrombosit/mm3 darah. Metode ini lebih sensitif dibandingan rees ecker dan amonium oxalat, namun perlu waktu lama untuk pemeriksaan.
8. Metode Hapusan darah (Diff Counting). Metode ini mudah dilakukan, namun perlu keahlian dalam melihat lapang pandang. Ada beberapa teman-teman analis yang berpengalaman hanya dengan melihat lapang pandang penyebaran trombosit sudah dapat memperkirakan dan menghitung trombosit. Ada juga teman-teman yang menghitung dengan menggunakan jumlah leukosit yang ditemukan per 10 LP. Semua tergantung pengalaman masing-masing. Ada asumsi bahwa 5 LP ditemukan thrombosit x 10.000 (perkiraan saja). Sebenarnya yang perlu dilihat dan diingat, bila 1 sel/LP saja diperkirakan 20.000 thrombosit, 2 sel/LP 40.000 thrombosit. Masing-masing lab memiliki jumlah perkiraan yang mungkin berbeda.
9. Hematokrit : metode lama cara makro dengan tabung wintrobe (jarang dilakukan), metode standar menggunakan mikrohematokrit dengan sentrifuge khusus dengan kecepatan standar 16.000 rpm dalam 5 menit. Umumnya dipuskesmas tidak ada memiliki sentrifuge kecepatan 10.000-20.000 rpm. Hal ini dapat diatas dengan sentrifuge biasa dengan kecepatan 1000-8000 rpm (standar). Caranya siapkan sentrifuge biasa dengan tabung besar, ambil holder (selongsong) tabung sentrifuge, siapkan stryrofoam/gabus busa, buat seukuran dengan tabung reaksi namun tepat masuk dalam holder/selongsong sentrifuge, lubangi stryrofoam seukuran tabung mikrohematokrit, siap untuk sudah holder untuk pemeriksaan hematokrit, untuk kecepatan putar hingga 4000 rpm, lamanya 20 menit (5 menit 16.000 rpm, 20 menit 4000 rpm), atau 8000 rpm 10 menit. Cara ini lumayan untuk membantu diagnosis DBD.
10. Khusus untuk hematology analyzer, perlu diperhatikan bahwa darah sebaiknya menggunakan Darah vena dengan antikoagulant EDTA. Kelebihan anticoagulant dapat berpengaruh terhadap terhadap morfologi sel, bila terlalu banyak dapat menyebabkan sel mengkerut/perubahan morfologis karena hipertonis, terlihat ada flag (platelet flag) di grafik printout. Selain itu sebaiknya pembendungan torniquete jangan terlalu lama terjadi hemokonsentrasi (tinggi palsu), kocok secara homogen darah secara melingkar sebanyak 10x atau pakailah nutator (khusus penggiling darah), jangan mengambil di vena yang trauma, jangan menggunakan EDTA cair bila darah kurang dari 0.5 ml, lakukan duplo pemeriksaan bila meragukan dengan darah yang sama, pastikan darah kontrol telah masuk dan tepat, pastikan startup background semua telah menunjukkan nilai 0 (nol) semua sel dan lainnya, untuk platelet maksimal 5, gunakan yang sesuai dengan umur, karena bila anak-anak dibawah 1 tahun dengan jarum 3 ml dapat pecah vena yang berakibat masuknya cairan jaringan untuk aktivasi jalur pembekuan jalur alternatif/ekstrinsik, meskipun dikonvensasi oleh EDTA. Terakhir bekerjalah dengan tenang dan santai.
11. Demikian Tips untuk teman-teman Lab.Puskesmas, lab. Klinik dan RS.

Oleh : Ahmad Phany Musyaffa Lab

Kamis, 02 September 2010

Komunikasi I

Saya akan berbagi info mengenai komunikasi, sebagai tenaga kesehatan khususnya sebagai seorang analis harus memiliki skill terhadap komunikasi, hal ini akan memberi kemampuan bagi seorang analis tidak hanya tidak sebagai perkerja, apa lagi bila seorang analis yang telah menyandang titel S1 kemampuan beriteraksi dengan atasan masyarakat merupakan modal utama dalam berkerja, oleh karena itu kemampuan berkomunikasi menjadi hal yang penting dikuasai oleh seorang analis
Selama ini seorang analis hanya sebagian kecil mempunyai skill berkomunikasi sehingga sangat sedikit analis memegang peranan dan mempunyai jabatan dalam mengambil keputusan sehingga para analis hanya bertempat dilevel terbawah sehingga hak-hak analis tidak terpunuhi secara maksimal. Sunguh sangat ironis hal ini terjadi, mudah-mudahan dengan bersatu dan saling memberi imformasi dan berbagi materi yang akan menambah sklii dan kemampuan analis akan menjadi momen awal untuk peningkatan kejayaan analis, masukan, kritikan dan saran sangat dibutuhkan..

Komunikasi I

Asal kata ‘komunikasi’

Kata komunikasi berasal dari kata benda bahasa Yunani communis berarti masyarakat atau keumuman dan kata kerja bahasa latin communicare yang berarti membentuk atau membangun
Definisi komunikasi
Suatu proses dimana para peserta berinteraksi untuk menciptakan dan membagi informasi satu sama lain untuk mencapai kesepahaman bersama

Unsur – Unsur Dasar Komunikasi

1. Simbolisme kata, imaji, emosi
2. Proses dua-arah
3. Relevansi kelompok, budaya, bahasa
4. Kejujuran
5. Mempengaruhi sikap, prilaku
6. Tepat waktu

Maksud komunikasi

1. Interaksi sosial – Perkembangan komunitas & budaya
2. Berbagi makna – informasi, fakta, gagasan, emosi
3. Persuasi, motivasi, perubahan perilaku
4. Pengembangan organisasi

Komunikasi dengan maksud

1. Memiliki alasan yang jelas untuk berkomunikasi
2. Menyusun pesan agar bisa mencapai maksud
3. Lugas / jelas dalam membuat makna pesan
4. Gunakan medium yang sesuai
5. Sediakan kesempatan bagi lawan bicara untuk menanggapi

Cara komunikasi

1. Oral (tatap muka) – suara, pendengaran, sikap, tanda-tanda
2. Tertulis (antisipasi tanggapan pembaca) - pengetahuan pembaca, kata, bahasa
3. Gambar – mewakili kata, pesan-pesan

Oleh : Habib Tengku Rizal

Studi Kelayakan pendirian Sebuah laboratorium (Ayo Jadilah Entrepreneur Lab)

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN SEBUAH LABORATORIUM

Berikut akan saya kupas sedikit tentang tata cara pendirian suatu laboratorium klinik, agar menggugah teman-teman analis untuk berjiwa entrepreneur sehingga nantinya dapat menjadi mandiri dalam mendirikan bisnis laboratorium klinik. Pada posting saya yang lau mengenai dasar-dasar kewirausahaan dan cara menghitung permodalan dan lainnya. Pda posting ini saya membahas tentang studi kelayakan. Studi kelayakan dimaksudkan untuk melihat apabila kita mendirikan laboratorium klinik disuatu tempat, apakah layak, apakah banyak pasien, apakah ada saingan, apakah peluang mendapatkan untung banyak, apakah jalannya ditempat yang mudah dijangkau oleh angkutan, apakah ekonomi setempat mampu membeli produk jasa laboratorium, apakah cepat kembali modal, apakah cukup untuk survive selama belum balik modal, semua itu muncul secara spontan bahwa akan ada suatu pertanyaan yang menggantung dalam benak, sehingga menuntun kita untuk melakukan studi kelayakan suatu laboratorium yang akan didirikan.
Berikut Urutan studi Kelayakan :
A. Pendahuluan
1. Gambaran Umum
Berisikan rencana pendirikan laboratorium klinik, kondisi wilayah, pelayanan kesehatan yang diberikan, akses RS dan puskesmas, kepadatan penduduk, mata pencaharian penduduk, luas kota dan tata letak laboratorium yang harus strategis persis ditengah kota. Perlu di catat : Nama laboratorium, jenis laboratorium, tingkat strata laboratorium, alamat, telpon/fax, Buka perkiraan launching (tgl, bln, thn), Status kepemilikan, Kepemilikan gedung, Ukuran/dimensi gedung, Perizinan dari dinkes, Jam kerja/buka praktek, pelayanan tambahan (antar jemput, cito).
2. Latar Belakang Wira usaha
Berisikan bagaimana kronologis rencana pendirian laboratorium ini, apakah modal bersama, modal satu orang, modal satu alumnus, modal organisasi atau lainnya. Mekanisme kerjasama dengan vendor dalam hal alat dan reagensia, apakah KerjaSama operasional (KSO) atau modal pribadi murni tanpa mengikat laboratorium dengan vendor.
3. Penyusunan Studi Kelayakan Usaha
Inilah kunci yang memegang keberhasilan usaha laboratorium yang akan didirikan. Parameter kita mendirikan sebuah laboratorium adalah ditengah kota, ada dokter praktek yang cukup banyak, Tarif praktek dokter tinggi atau rendah, Jumlah disekeliling pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas, Balai Pengobatan) lengkap dengan tipe nya dan ada tidaknya laboratorium klinik lain disana (ini merupakan pesaing yang patut diperhitungkan). Selain itu perlu dilihat juga perilaku konsumen. 1. Aspek kultural : kultur, subkultur dan kelas sosial. 2. Pribadi individu : Usia dan siklus hidup, Pekerjaan, gaya hidup, situasi ekonomi dan konsep hidup. 3. Psikologis : Motivasi, persepsi, pembelajaran dan kepercayaan. 4.Sosial : status dan keluarga.

B. Pemasaran
1. Daerah Pemasaran (Place) : asumsi dengan semakin banyaknya penduduk, perkantoran, perusahaan dan pasar maka makin banyak orang butuh pelayanan kesehatan seperti laboratorium untuk check up.
2. Sasaran Pasar (Target) : Sasaran pasar meliputi semua masyarakat disekitar laboratorium, pegawai kantor, pasien RS/Puskesmas, dokter praktek, balai pengobatan dan pasien sendiri (Atas permintaan sendiri/APS)
3. Produk (Product) : Jenis produk yang kita jual berupa jasa pelayanan laboratorium, hal ini memang tidak terlihat secara langsung produk yang kita jual kepada pasien, tetapi hanya selembar kertas berisi hasil laboratorium.
4. Harga Jual (Price) : Harga jual telah mengacu pada modal awal membeli suatu reagensia, alat, jasa pelayanan, BAKHP (syringe, tips, masker, sarung tangan karet, tissue, alkohol, kapas, dll), listrik dan fee pengirim. Semua dihitung dan satu paket tarif per parameter pemeriksaan laboratorium. Perlu ditekankan bahwa harga terjangkau dan pelayanan memuaskan akan menarik pelanggan untuk menggunakan jasa kita. Tarif yang dibuat harus memiliki elastisitas yang baik (turun/naik). Elastisitas tarif dapat dimainkan sesuai kondisi yang terjadi dilapangan.
5. Volume Penjualan (Seller) : Perlu dilakukan target volume penjualan per bidang yang dapat dilayani (hematologi, kimia klinik, urinalisa, bakteriologi/parasitologi dan imunologi). Umumnya hematologi lebih besar jumlah pasiennya dan paling sedikit adalah serologi. Perlu dikategorikan parameter yang diperiksa dalam 4 kategori : Cash Cow adalah Test-test rutin, biaya murah, banyak diminati klinisi (hematologi), Star adalah Banyak diminta namun mahal (kimia klinik), Dog adalah Tes biaya mahal dan sedikit permintaan (Serologi) dan Tidak jelas status adalah tes yang jarang diminta, murah dan klasik (ZnTT, TTT).
6. Promosi (Promotion)
Memperkenal profil laboratorium melalui promosi ke tempat praktek, RS, Puskesmas, kantor, masyarakat melalui brosur, spanduk dan selebaran. Promosi bentuk lain melalui berbicara dengan dengan pasien, memperkenalkan parameter dengan tujuannya dan promosi discount tarif.
7. Analisa Pesaing
Perlu dilakukan analisa pesaing dalam pelayanan laboratorium. RS : sejauh mana pelayanan yang diberikan, mutu yang diberikan, parameter yang diperiksa. Puskesmas : parameter apa saja yang bisa diperiksa. Laboratorium Swasta : pesaing yang handal, perlu di analisa apa saja dapat menjadi saingan, tarif, mutu, fee dokter, alat/reagensia dan letak gedung. Oleh sebab itu lakukan analisis SWOT.

C. Aspek Sumber Daya Manusia dan Yuridis
1. Aspek Yuridis :
Pedoman mendirikan laboratorium : UU Kesehatan, Peraturan Presiden, Kepmenkes, Peraturan Daerah tentang pelayanan kesehatan. Perlu adanya keputusan notaris atas akta laboratorium, SK berdirinya laboratorium, Status legalitas Ijazah Petugas, Persetujuan laboratorium, NPWP, IMB, Rekening telpon dan listrik.
2. Struktur Organisasi
Perlu disusun struktur organisasi laboratorium klinik. Penanggung jawab, kepala laboratorium, penanggung jawab teknis, pelaksana analis kesehatan dan administrasi.
3. Uraian Tugas
Berdasarkan struktur organisasi, dibuat uraian tugas masing-masing dan diperbolehkan merangkap uraian tugas.

D. Aspek Keuangan
1. Ekonomi dan Keuangan
Menyangkut biaya awal untuk investasi pendirian sebuah laboratorium klinik. Dengan modal yang besar dan kuat maka tertopang seluruh keuangan laboratorium, bila modal kecil mungkin akan terdapat suatu titik kritis keuangan menipis sebelum terjadi BEP. Dibuat inventarisasi barang dan reagensia, beserta tarif pemeriksaan.
2. Modal (Investation)
Modal awal yang dibutuhkan untuk investasi alat, reagensia, gedung dan tenaga.
3. Biaya tetap Bulanan (Fixed Cost)
Biaya yang dikeluarkan untuk menggulirkan usaha secara rutin tiap bulan dengan atau tanpa adanya penjualan. Biaya ini pasti keluar tiap bulan (gaji, listrik, PDAM, cicilan, bunga)
4. Biaya Variabel
Biaya yang dikeluarkan terkait biaya produksi suatu jasa laboratorium. Didalamnya termasuk : Reagensia, alat, bahan pendukung, jasa pelayanan)
5. Titik Impas (BEP = Break Even Point)
Kondisi dimana jumlah pendapatan sama dengan pengeluaran yang terjadi pada saat sudah berjalan pelayanan laboratorium klinik. Ada bulan tertentu dimana biaya tetap+variabel setara dengan pendapatan. Kondisi saat ini belum dapat untung, namun kegiatan produksi sudah bisa membiayai kegiatan. Setelah bulan selanjutnya maka diperolehlah laba bersih.
6. Balik Modal (Pay Back Period)
Ini kondisi yang diharapkan setelah lama berjalan sebuah laboratorium klinik. Kondisi dimana semua modal investasi awal sudah dapat ditutupi dengan hasil laba produksi. Untuk bulan selanjutnya didapatkan laba bersih terlepas dari modal awal.
E. Kesimpulan
Perlu dilakukan langkah-langkah untuk mendapatkan kesuksesan dalam berwirausaha bidang laboratorium. Apabila telah dilakukan langkah-langkah diatas, maka laboratorium sudah mampu berjalan dengan baik dan akan mendapatkan laba bersih yang banyak serta tetap survive walaupun banyak kompetitor.
F. Penutup
Demikian uraian saya tentang studi kelayakan pendirian sebuah laboratorium klinik. Uraian ini merupakan ringkasan bahan kuliah saya mengenai Kewirausahaan (Entrepreneur) TLK Unhas. Perlu saya garis bawahi bahwa “saat ini banyak orang mau hidup enak, tanpa modal mau usaha, pendapatan ingin banyak tiap bulan, tanpa usaha, suatu kemustahilan, untuk semua itu perlu usaha, kepercayaan, doa, integritas dan modal”. Modal dapat berupa otak, kepintaran, uang, benda dan SDM melimpah. Janganlah hidup ini diperbudak oleh nafsu dan uang, setiap hari memikirkan bagaimana cari uang, bagaimana banyak uang. Intinya kita kembalikan apakah uang dan harta yang kita dapat dengan cara halal atau haram atau syubhat. Dengan uraian ini menggugah hati teman analis dalam berwirausaha laboratorium. Terima kasih kepada Dosen kewirausahaan saya : Dra. Endang Hoyaranda, Apt dan Drs. Ilham Makhmud, Dipl.Sc, Apt. Moga bemanfaat bagi rekan-rekan analis sekalian.

By. Ahmad Phany Musyaffa Lab

Rabu, 01 September 2010

Komunikasi I

Saya akan berbagi info mengenai komunikasi, sebagai tenaga kesehatan khususnya sebagai seorang analis harus memiliki skill terhadap komunikasi, hal ini akan memberi kemampuan bagi seorang analis tidak hanya tidak sebagai perkerja, apa lagi bila seorang analis yang telah menyandang titel S1 kemampuan beriteraksi dengan atasan masyarakat merupakan modal utama dalam berkerja, oleh karena itu kemampuan berkomunikasi menjadi hal yang penting dikuasai oleh seorang analis
Selama ini seorang analis hanya sebagian kecil mempunyai skill berkomunikasi sehingga sangat sedikit analis memegang peranan dan mempunyai jabatan dalam mengambil keputusan sehingga para analis hanya bertempat dilevel terbawah sehingga hak-hak analis tidak terpunuhi secara maksimal. Sunguh sangat ironis hal ini terjadi, mudah-mudahan dengan bersatu dan saling memberi imformasi dan berbagi materi yang akan menambah sklii dan kemampuan analis akan menjadi momen awal untuk peningkatan kejayaan analis, masukan, kritikan dan saran sangat dibutuhkan..

Komunikasi I

Asal kata ‘komunikasi’

Kata komunikasi berasal dari kata benda bahasa Yunani communis berarti masyarakat atau keumuman dan kata kerja bahasa latin communicare yang berarti membentuk atau membangun
Definisi komunikasi
Suatu proses dimana para peserta berinteraksi untuk menciptakan dan membagi informasi satu sama lain untuk mencapai kesepahaman bersama

Unsur – Unsur Dasar Komunikasi

1. Simbolisme kata, imaji, emosi
2. Proses dua-arah
3. Relevansi kelompok, budaya, bahasa
4. Kejujuran
5. Mempengaruhi sikap, prilaku
6. Tepat waktu

Maksud komunikasi

1. Interaksi sosial – Perkembangan komunitas & budaya
2. Berbagi makna – informasi, fakta, gagasan, emosi
3. Persuasi, motivasi, perubahan perilaku
4. Pengembangan organisasi

Komunikasi dengan maksud

1. Memiliki alasan yang jelas untuk berkomunikasi
2. Menyusun pesan agar bisa mencapai maksud
3. Lugas / jelas dalam membuat makna pesan
4. Gunakan medium yang sesuai
5. Sediakan kesempatan bagi lawan bicara untuk menanggapi

Cara komunikasi

1. Oral (tatap muka) – suara, pendengaran, sikap, tanda-tanda
2. Tertulis (antisipasi tanggapan pembaca) - pengetahuan pembaca, kata, bahasa
3. Gambar – mewakili kata, pesan-pesan

By. Habib Tengku Rizal