1. Pengambilan sampel dilakukan sebelum pasien diterapi dengan antimalaria
2. Waktu pengambilan pada akhir periode dengan memasuki periode berkeringat
Persiapan sampel :darah yang diambil adalah darah kapiler
Alat dan bahan
1. Blood lancet
2. Objek glass
3. Larutan giemza dan larutan buffer pH 7,2
4. Air kran / aguadest
5. Mikroskop
ANALITIK
Pembuatan sediaan darah tebal dan tipis
Buat sediaan darah tebal dengan cara meneteskan sebanyak 3 – 4 tetes darah pada daerah dekat ujung objek glass, dengan sudut objek glass yang lain campurkan tetesan darah tersebut secara membulat sampai diameter 20 mm dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga masih bias membaca Koran di belakang sediaan tersebut.
Buat sediaan darah tipis pada sisa tempat di objek glass yang sama
Tempatkan dikotak sediaan secara horizontal sampai sediaan mengering
Warnai sediaan tetes tebal dengan larutan giemsa 1 : 9 selama 30 menit, sedangkan pada sediaan tipis terlebih dahulu difiksasi dengan methanol baru diwarnai dengan giemsa 1 : 9selam 30 menit
Bilas dengan air mengalirsecarapelan – pelan, keringkan
Lakukan pembacaan dengan memakai mikroskop dengan objektif 100x
Pemeriksaan penggolongan darah ABO dan Rhesus D dilakukan secara bersamaan terhadap contoh darah untuk persiapan penyediaan darah yang dibutuhkan.
Tujuan : Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus D terhadap contoh darah
Prosedur :
I. PERSIAPAN
Contoh darah penderita harus berupa darah beku yang berumur kurang dari 48 jam.
1.1Tetapkan golongan darah ABO dan Rhesus (D) penderita.
1.2Tentukan golongan darah ABO dan Rhesus donor. Bagi penderita Rh negative harus dicarikan darah donor Rh negative.
1.3Bila golongan darah ABO dan Rh (D) penderita sama dengan donor, lakukan reaksi silang.
1.4Reaksi silang mayor dan minor harus dilakukan lengkap dalam 3 fase:
Fase I: Fase suhu kamar (langsung diputar)
Fase II: Fase Inkubasi 37°C
Fase III: Fase Antiglobulin (Pemeriksaan Coombs).
1.1Contoh darah penderita harus berupa darah beku yang berumur kurang dari 48 jam. Tetapkan golongan darah ABO dan Rhesus (D) penderita.
1.2Tentukan golongan darah ABO dan Rhesus donor. Bagi penderita Rh negative harus dicarikan darah donor Rh negative.
1.3Bila golongan darah ABO dan Rh (D) penderita sama dengan donor, lakukan reaksi silang.
1.4Reaksi silang mayor dan minor harus dilakukan lengkap dalam 3 fase:
Fase I: Fase suhu kamar (langsung diputar)
Fase II: Fase Inkubasi 37°C
Fase III: Fase Antiglobulin (Pemeriksaan Coombs).
II. BAHAN
2.1Bovin Albumin 22%
2.2Serum Coombs
2.3Sel Uji Coombs
2.4Saline (NaCl 0,9%)
2.5Contoh darah penderita
2.6Contoh darah donor
III. ALAT ALAT
3.1 Tab reaksi gelas ukuran 10 x 75 mm atau 12 x 75 mm
3.2 Rak tabung
3.3 Pipet Pasteur
3.4 Kaca objek
3.5 Penangas air / Inkubator
3.6 Sentrifus
3.7 Mikroskop
3.8 Pengukur waktu (timer)
IV. PENGGOLONGAN ABO DAN Rh D
Untuk penggolongan ABO, teknik larutan saline pada suhu ruang umumnya digunakan untuk tes sel dan tes penggolongan terbalik
Antiserum Rh D beraneka ragam dalam metode penggunaannya. Beberapa reagen monoclonal menggunakan menggunakan teknik yang sama dengan reagen ABO. Antiserum Rh D yang lain harus diinkubasi pada suhu 37C sehingga umumnya lebih cocok untuk dipakai pada teknik tabung reaksi .
A. PENGGOLONGAN DARAH DONOR
Darah donor harus digolongkan setiap kali penyadapan donor dengan menggunakan anti-A, anti-B dan anti-AB untuk grup sel dan sel A, B serta O untuk grup penggolongan terbalik.
Paling tidak satu reagen anti-D harus digunakan. Sample yang memberikan hasil tes negative untuk anti-D, dapat dites lebih lanjut untuk Du menggunakan reagen khusus
B. PENGGOLONGAN DARAH PASIEN
Sel darah merah pasien harus dites dengan anti-A dan anti-B serta serum atau plasmanya harus dites dengan sel A, B dan O. satu anti-D harus digunakan. Meskipun sebenarnya tidak perlu untuk melakukan tes Du untuk sample negative, beberapa laboratorium mempunyai kebijakan untuk melakukannya.
Karena serum pada bayi tidak mengandung anti-A atau anti-B, tes penggolongan terbalik tidak perlu dilakukan untuk bayi dibawah umur 1 tahun.